Kepribadian Turut Tentukan Prestasi Akademis

FAKTOR utama penentu prestasi akademis adalah kecerdasan intelektual. Selain hal tersebut, ada faktor lainnya yang turut mendukung kesuksesan akademis seseorang. Menurut studi terbaru di Australia, kepribadian lebih dapat digunakan untuk memprediksi kesuksesan pelajar di sekolah ketimbang kecerdasan intelektual yang ditentukan dengan standar tes tertentu. Secara spesifik, pelajar yang lebih terbuka dan teliti tampil lebih baik secara akademis ketimbang mereka yang murni cerdas.

Peneliti Australia membandingkan pengukuran pada lima besar ciri-ciri kepribadian termasuk kepercayaan diri, keramahan, ketelitian dan keterbukaan, dengan pencapaian mereka pada ujian. Para peneliti ini meminta pelajar mengisi penilaian kepribadian diri sendiri dan juga meminta pelajar lain yang mengenal siswa tersebut untuk menilai mereka.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "Learning and Individual Differences" tersebut menunjukkan bahwa penilaian pribadi yang dilakukan seseorang sama efektifnya dengan tingkat kecerdasan yang digunakan untuk memprediksi performa akademis. Selain itu, penilaian dari seseorang yang mengenal para pelajar tersebut hampir empat kali lebih akurat dalam memprediksi performa akademis ketimbang tingkat kecerdasan.

Seperti dilansir Huffington Post, Jumat (9/1/2015), riset ini juga membuktikan bahwa keterbukaan dan ketelitian memberikan pengaruh dalam kesuksesan akademis. Studi-studi sebelumnya memperlihatkan, keterbukaan yang erat kaitannya dengan rasa ingin tahu dan semangat mendapatkan informasi baru, menentukan pencapaian kreatif seseorang. Di sisi lain, ketelitian secara konsisten menjadi faktor utama kesuksesan.

Menurut pakar psikologi dari Griffith University, Dr Arthur Poropat, usaha siswa untuk mempersiapkan diri dan fokus dalam belajar sama pentingnya dengan apakah siswa tersebut pintar atau tidak. "Dan siswa dengan kepribadian yang baik akan meraih nilai lebih tinggi ketimbang rata-rata yang diperoleh teman sebayanya," ujar Arthur.

Penemuan ini menjadi pengingat penting bahwa pelajar yang tidak dipertimbangkan sebagai "anak pintar" melalui pengukuran tradisional, masih bisa meraih sukses. Dan karena kepribadian lebih mudah dibentuk ketimbang kapabilitas intelektual, maka membantu siswa dalam menumbuhkan ciri-ciri kepribadian yang menguntungkan - khususnya rasa ingin tahu dan etos kerja keras - lebih efektif meningkatkan performa akademis mereka. Kedua hal ini juga bisa dipelajari siswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi.

"Kepribadian memang berubah. Dan sebagian pendidik telah dilatih bahwa aspek ketelitian dan rasa ingin tahu mewujudkan kapasitas belajar yang lebih besar. Di luar begitu populernya aplikasi pelatihan otak, sangat sedikit bukti bahwa kecerdasan dapat diajarkan," tutur Arthur.